MIX.co.id – Perusahaan penyedia solusi terintegrasi di bidang Engineering, Procurement, dan Construction (EPC) di Indonesia yang didirikan sejak 2018, PT Tectona Mitra Utama (TMU), berkomitmen pada prinsip keberlanjutan, salah satunya pengembangan sumber daya manusia (SDM) serta menerapkan prinsip inklusivitas dengan mendukung kesetaraan gender di tempat kerja.
Dijelaskan Ading Januandry, Chief Marketing Officer PT Tectona Mitra Utama, pada saat wawancara eksklusif, Maret ini (14/3), di Jakarta, terkait pengembangan SDM, TMU secara konsisten mengalokasikan 40 persen anggaran operasional tahunan untuk program pelatihan dan pengembangan di setiap divisi. Program ini mencakup peningkatan keterampilan dalam penggunaan software BIM, IoT, dan teknologi berbasis data, sekaligus memperkuat soft skill guna meningkatkan efektivitas kerja.
Selain itu, TMU juga mendorong karyawan untuk memperoleh sertifikasi profesional di bidang teknologi, manajemen proyek, dan HSE (Health, Safety, and Environment) guna meningkatkan efisiensi serta keselamatan operasional.
“Untuk semua pengembangan SDM itu, kami menerapkan prinsip gender equality. Artinya, tidak ada perbedaan antara gender perempuan maupun laki-laki. Mereka memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri di TMU, termasuk jenjang karir. Bahkan, corporate value terkait kesetaraan ini juga berlaku untuk semua karyawan dari berbagai usia. Baik senior maupun junior memiliki kesempatan yang sama. Nilai-nilai perusahaan seperti ini yang sejak awal sudah ditanamkan oleh para founder TMU,” ungkapnya.
Lebih jauh ia menerangkan, dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif, TMU juga menerapkan berbagai kebijakan yang mendorong kesetaraan dan memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan dalam berkarir. Sejak berdiri, jumlah tenaga kerja perempuan di TMU telah mengalami pertumbuhan signifikan, dari hanya satu orang pada tahun pertama menjadi 30 orang pada tahun 2025, atau sekitar 20% dari total karyawan. Bahkan, beberapa di antaranya telah menduduki posisi manajerial. Perkembangan ini menegaskan komitmen TMU dalam membuka lebih banyak peluang bagi Perempuan Indonesia untuk berkarir di bidang engineering yang selama ini masih didominasi oleh laki-laki.
Nilai-nilai perusahaan berupa gender equality itu turut dirasakan Dahliana Mega, Project Control Manager PT Tectona Mitra Utama. Memiliki pengalaman lebih dari 17 tahun di bidang teknik sipil, Lia—demikian ia akrab disapa—memulai karir dari field & civil engineer, cost controller, hingga project controller. Dia banyak menangani proyek-proyek untuk sektor pertambangan.
Ketertarikannya pada teknik sipil berawal dari dorongan orang tua. Seiring waktu, ia menemukan ketertarikan yang mendalam pada dunia ini, khususnya di bidang konstruksi. Baginya, melihat bagaimana desain yang tampak kompleks dapat diwujudkan menjadi infrastruktur nyata adalah sesuatu yang menginspirasi. Setiap tahap dalam desain dan pembangunan memerlukan pendekatan yang tidak hanya teknis, tetapi juga mempertimbangkan aspek ekonomi dan sosial—hal yang menurutnya membuat bidang ini semakin menarik.
Menurutnya, berkarier di industri yang masih didominasi pria bukanlah hal mudah. Salah satu tantangan terbesar yang ia hadapi adalah membangun kredibilitas dan membuktikan kompetensinya dalam pengambilan keputusan strategis. Namun, dengan keahlian yang kuat, komunikasi yang efektif, dan konsistensi dalam bekerja, ia telah membuktikan bahwa perempuan bisa berkontribusi setara dan membawa perspektif yang berharga bagi tim.
Dahliana melihat bahwa kesetaraan gender di industri ini terus berkembang, meskipun masih ada tantangan dalam hal representasi perempuan di posisi kepemimpinan. Ia percaya bahwa setiap perusahaan dapat memainkan peran lebih besar dengan mendorong budaya kerja yang lebih inklusif, menyediakan program mentoring, serta menciptakan kebijakan yang mendukung keseimbangan kerja dan kehidupan.
Diakui lulusan Sarjana Teknik Sipil dari Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN) Jakarta, yang saat ini tengah melanjutkan studi Magister di bidang Teknik Sistem Energi di Universitas Indonesia itu, “Perusahaan relatif sangat melindungi kami, bahkan memberikan ruang yang benar-benar lebar untuk kami, baik dari sisi kesempatan mengembangkan diri maupun jenjang karir. Selain itu, perusahaan juga memberikan dukungannya terkait kondisi khusus perempuan. Misalnya, cuti melahirkan dan cuti menstruasi. Contoh ya, ada di tim saya, yang setiap periode datang bulan selalu sakit. Selain, kami sebagai tim men-support untuk menggantikan pekerjaannya, perusahaan juga mengizinkannya untuk cuti sakit agar dia bisa beristirahat di rumah.”
Hal senada turut dirasakan Devoni Putri Rahajeng, sarjana muda lulusan Teknik Industri di Universitas Islam Indonesia, yang kini menjawab sebagai Health, Safety & Environment (HSE) Officer PT Tectona Mitra Utama. Dalam perannya sebagai HSE Officer, Devoni bertanggung jawab memastikan implementasi standar keselamatan kerja, mengelola risiko, serta berkoordinasi dengan berbagai departemen dan pemangku kepentingan.
Baginya, pekerjaan ini menantang sekaligus menarik karena memberikan kesempatan untuk memahami proses kerja secara menyeluruh dan berkontribusi langsung dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman.
Berkarier di industri pertambangan, minyak, dan gas yang masih didominasi pria tentu memiliki tantangan tersendiri. Devoni menghadapi stereotip mengenai peran perempuan di sektor ini, namun dengan kompetensi dan dedikasi, ia berhasil membuktikan bahwa perempuan juga dapat memberikan kontribusi yang signifikan.
Salah satu pengalaman paling berkesan dalam kariernya adalah saat ia dipercaya memimpin tim HSE di proyek pertambangan di Kalimantan Selatan, di mana ia mengelola berbagai aspek keselamatan, mulai dari dokumen hingga operasional lapangan.
“Awalnya, ekspektasi saya ke perusahaan adalah yang ditugaskan ke site itu hanya laki-laki, sedangkan perempuan hanya di office. Ternyata, tidak seperti itu. Saya, perempuan, juga diberikan kesempatan dan dipercaya oleh perusahaan untuk ke site. Artinya, perusahaan tidak membandingkan gender maupun usia. Jika memang ada kebutuhan dan urgensinya dibutuhkan, maka baik karyawan perempuan ataupun laki-laki punya kesempatan yang sama,” ceritanya.
Selanjutnya, pada saat perusahaan mempercayakannya untuk langsung terjun ke salah satu site, tepatnya di Kalimantan Selatan, Gen-Z yang baru saja lulus kuliah itu, langsung mengapresiasi. “Waktu itu, saya ditugaskan di sana selama 35 hari. Meski di sana semuanya laki-laki, mereka memperlakukan saya sama, termasuk saya juga memiliki hak suara yang sama dalam hal berpendapat,” ungkap Devoni.
Sementara itu, terkait inisiatif keberlanjutan, diakui Ading, TMU turut memperkuat komitmennya dalam pemberdayaan komunitas lokal dan penerapan prinsip keberlanjutan di setiap lini operasionalnya. Melalui kolaborasi dengan mitra lokal, TMU berupaya memperkuat rantai pasok dan memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat sekitar, termasuk merekrut tenaga kerja dari masyarakat setempat di lokasi proyek.
Dalam mendukung keberlanjutan, TMU aktif berkontribusi pada pengembangan sektor energi terbarukan melalui pelaksanaan berbagai proyek studi kelayakan, termasuk turbin angin, geothermal, hydro power, dan panel surya. Salah satu proyek unggulan adalah pembangunan panel surya di Berau, Kalimantan Timur, yang mendukung klien dalam transisi menuju energi bersih. Selain itu, TMU juga menerapkan teknologi Sandwich Panel dalam pembangunan Mess Facility, sebagai langkah konkret dalam mewujudkan praktik konstruksi yang ramah lingkungan. Selanjutnya, dalam aspek sosial, TMU juga menunjukkan kepeduliannya terhadap pembangunan sosial dan keagamaan dengan mencanangkan program CSR (Coporate Social Responsibility) 1.000 Mushola yang diinisiasi pada 2024 lalu. Inisiatif ini bertujuan memperkuat hubungan positif dengan masyarakat di sekitar area operasional sekaligus berkontribusi pada kesejahteraan komunitas.
https://mix.co.id/marcomm/news-trend/upaya-tectona-terapkan-gender-equality-dalam-budaya-perusahaan